Aris Ananta
4 April 2012
Dunia dalam kondisi yang tidak menentu. Dalam waktu yang sama, kita semua akan menghadapi empat macam krisis global, yang bermuara dari masalah dan lokasi geografis yang berbeda-beda. Kesemuanya bersumber dari “keserakahan” manusia, yang dapat disebut sebagai krisis kemanusiaan. Manusia yang serakah tak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Untuk memperoleh apa yang mereka ingingkan, mereka tak peduli dengan dampak negatif pada lingkungan, pada masyarakat, bahkan pada keluarga dan dirinya sendiri. Keinginan mereka terus meningkat dan makin sulit dipuaskan, walau telah melampaui kemampuan mereka untuk membiayai konsumsi tersebut. Mereka berani berhutang dan mereka ini sasaran empuk para pemberi hutang.
Selanjutnya, silakan baca Krisis Global: Apa yang Harus Kita Perbuat?
Filed under: economy, arab spring, environmentally friendly development, Gas Rumah Kaca, Gerakan Occupy, good governance, keserakahan, krisis global, Krisis Hutang Pemerintah, krisis kemanusiaan, Occupy Movement, people centred development, Perubahan Iklim
betul sekali Pak Aris, manusia memang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, mereka bahkan mengorbankan alam yang seharusnya kita jaga. hutan, lahan pertanian, perkebunan, dan keindahan alam lainnya kita rusak demi kepuasan duniawi.
dahulu paru-paru dunia berada di negara indonesia, tetapi entah sekarang, banyak sekali illegal logging yang terjadi di indonesia, mereka mengirimkan batangan pohon dengan cara di hanyutkan di sungai. menyedihkan sekali.
seharusnya kita menjaga “paru-paru dunia” tersebut, agar tidak memberikan musibah kepada manusia, contoh musibah hutan yang pernah saya baca di salah satu media cetak adalah : dulu saat terjadi kebakaran di hutan kalimantan, warga singapura dan negara lain yang berbatasan dengan indonesia, mengalami pencemaran udara, karena asap kebakaran hutan.
bayangkan saja, alampun bisa marah hingga sedemikian rupa. hewan-hewan banyak yang mati dan hampir punah karena illegal logging dan pembakaran hutan.
setidaknya, apabila di jawa penuh dengan polusi, harus diimbangi dengan pulau lain yang berpenduduk sedikit, dengan membuka rumah untuk “paru-paru dunia”.
kalau alam sudah habis, apalagi yang akan dikorbankan manusia untuk memenuhi kepuasannya?
Tuhan sudah sering kali memeringatkan manusia dengan bencana alam yang Ia berikan, dari Tsunami, gempa, gunung meletus, sampai banjir, yang sayangnya para petinggi negara tidak merasakan bencana tersebut. dan seharusnya manusia sadar, dan merubah “keserakahan”nya itu.
contohnya, seperti waktu Gunung Merapi meletus, seharusnya tanah vulkanik nya di manfaatkan untuk tumbuhan, tetapi malah dikeruk habis-habisan untuk dijual dengan harga yang tinggi, untuk memenuhi kepuasan duniawi segelintir orang, dan tidak menghiraukan khalayak luas.
seharusnya kita harus menjaga alam sebelum alam marah, kata kasarnya : kita tidak perlu makan kotoran, jika kita ingin mengetahui rasa kotoran itu
kata halusnya : kita tidak perlu membakar hutan atau menebang habis hutan, bahkan merusak alam, jika kita ingin tahu apa dampak yang akan di akibatkan karenanya
jadi, mari kita galakkan GO GREEN yang sungguh-sungguh go green.. bukan hanya untuk kepentingan politik semata untuk mencari pendukung, tapi go green dengan tindakan absolut. dan berusaha menggerakkan hati kita sebelum bertindak, apakah tindakan tersebut merugikan bagi orang banyak atau tidak..